Retrospeksi: Rekam Jejak Ekonomi Zambia di Bawah Kepemimpinan Edgar Lungu
Retrospeksi: Rekam Jejak Ekonomi Zambia di Bawah Kepemimpinan Edgar Lungu
Zambia, negara yang terletak di Afrika Tengah, mengalami sejumlah tantangan dan perubahan signifikan dalam perkembangan ekonominya sepanjang kepemimpinan Edgar Lungu yang menjabat sebagai Presiden dari 2015 hingga 2021. Selama masa pemerintahannya, ekonomi Zambia menghadapi dinamika yang mencerminkan kekuatan dan kelemahan struktural yang ada, serta dampak dari kebijakan ekonomi yang diterapkan dalam menghadapi krisis global dan domestik.
Kondisi Ekonomi pada Awal Kepemimpinan Lungu
Saat Edgar Lungu mengambil alih kursi kepresidenan pada tahun 2015 setelah kematian Presiden Michael Sata, Zambia berada di tengah krisis ekonomi yang dipicu oleh penurunan tajam harga tembaga, komoditas utama negara ini. Sebagai negara yang bergantung pada ekspor tembaga, penurunan harga tembaga di pasar global berimbas pada pendapatan negara dan memperburuk defisit anggaran.
Selain itu, kekeringan yang melanda beberapa bagian Zambia menyebabkan terjadinya krisis energi yang memperburuk situasi ekonomi, di mana pasokan listrik untuk industri dan rumah tangga terganggu. Dampak dari kombinasi antara krisis harga tembaga, cuaca buruk, dan defisit energi ini menjadi tantangan berat bagi pemerintahan Lungu yang baru.
Kebijakan Ekonomi dan Pendekatan Pemerintahan Lungu
Pada awal masa pemerintahan Lungu, salah satu prioritas utamanya adalah menjaga kestabilan ekonomi dan mencari cara untuk mendorong pertumbuhan yang berkelanjutan. Beberapa kebijakan yang diambil termasuk penurunan pajak untuk sektor-sektor tertentu, investasi besar dalam infrastruktur, dan upaya untuk memperbaiki sektor pertanian. https://www.edgar-lungu.com/
Namun, salah satu kebijakan yang paling mencolok dan kontroversial adalah kebijakan peminjaman luar negeri yang signifikan. Untuk membiayai proyek infrastruktur besar, seperti pembangunan jalan, jembatan, dan proyek energi, pemerintah Zambia berhutang kepada lembaga keuangan internasional dan negara-negara kreditur. Utang luar negeri Zambia melonjak, dan pada akhir masa jabatan Lungu, negara ini menghadapi krisis utang yang serius. Ketergantungan pada utang untuk membiayai pembangunan telah memicu kekhawatiran tentang kemampuan Zambia untuk membayar kembali kewajibannya.
Di sisi lain, Lungu juga menghadapi tantangan dalam mengelola sektor pertanian yang berperan penting dalam perekonomian Zambia. Ketergantungan pada pertanian komoditas tertentu, seperti jagung, membuat sektor ini rentan terhadap fluktuasi harga global dan cuaca. Meski pemerintah Lungu berusaha mendorong diversifikasi sektor pertanian, hasilnya relatif terbatas.
Dampak Krisis Ekonomi dan Sosial
Pada masa pemerintahan Lungu, pertumbuhan ekonomi Zambia mengalami fluktuasi. Setelah terjadinya resesi pada tahun 2015 dan 2016, ekonomi Zambia kembali tumbuh positif pada 2017 dan 2018, didorong oleh sektor pertambangan yang pulih dan kenaikan harga tembaga. Namun, laju pertumbuhan ini tidak cukup cepat untuk mengatasi masalah pengangguran dan kemiskinan yang terus meluas. Angka kemiskinan di Zambia tetap tinggi, dengan lebih dari 40% penduduk hidup di bawah garis kemiskinan nasional.
Kenaikan harga barang-barang pokok juga mempengaruhi daya beli masyarakat. Inflasi yang tinggi, terutama di tahun 2019 dan 2020, menyebabkan peningkatan biaya hidup yang menambah beban bagi keluarga-keluarga berpendapatan rendah. Pada saat yang sama, devaluasi nilai tukar kwacha terhadap dolar AS memperburuk ketidakstabilan ekonomi dan menambah utang luar negeri yang semakin meningkat.
Sektor sosial, terutama pendidikan dan kesehatan, juga mendapat tekanan. Meskipun pemerintah mengalokasikan dana untuk pembangunan infrastruktur sosial, banyak warga Zambia merasa bahwa peningkatan kualitas layanan publik belum cukup optimal. Akses terhadap pendidikan berkualitas dan layanan kesehatan yang memadai tetap menjadi masalah besar, terutama di daerah-daerah pedesaan.
Akhir Kepemimpinan Lungu: Harapan dan Realitas
Pemilu 2021 menjadi titik balik bagi Lungu. Ketidakpuasan terhadap kondisi ekonomi dan sosial yang semakin memburuk memicu gelombang protes dan ketidakpercayaan terhadap pemerintahan yang sedang berkuasa. Lungu gagal mempertahankan kursi kepresidenan setelah kalah dalam pemilu dari Hakainde Hichilema, yang mengusung platform perubahan ekonomi dengan fokus pada pengurangan utang dan reformasi struktural.
Namun, meskipun di bawah kepemimpinan Lungu Zambia mengalami kemajuan infrastruktur yang terlihat, tantangan ekonomi yang mendalam tetap ada. Ketergantungan pada utang luar negeri, masalah ketimpangan sosial, dan ketidakstabilan sektor pertanian serta ketergantungan pada sektor pertambangan menjadi isu-isu yang belum sepenuhnya teratasi.
Kesimpulan
Kepemimpinan Edgar Lungu di Zambia meninggalkan jejak yang kompleks. Di satu sisi, pemerintahannya berhasil dalam membangun infrastruktur besar dan meningkatkan sektor pertambangan, tetapi di sisi lain, ketergantungan pada utang dan sektor yang terbatas, serta masalah sosial yang mendalam, menunjukkan bahwa pembangunan yang berkelanjutan masih menjadi pekerjaan rumah besar bagi penerusnya. Dalam retrospeksi, era Lungu dapat dilihat sebagai periode transisi di mana Zambia berusaha untuk bangkit dari krisis, meskipun menghadapi berbagai hambatan struktural yang terus menghantui perekonomiannya.