DATA ini sungguh mengejutkan, antara 2004 hingga 2015 sekitar 86 persen pelaku www.wavepoolandgrill.com tindak korupsi yang ditangani oleh Komisi Pemberantasan Korupsi merupakan lulusan perguruan tinggi (strata-1).
Fakta itu jelas membuat kita sangat malu dan mencoreng dunia pendidikan. Kita perlu melakukan refleksi diri bersama, ternyata banyak yang harus kita perbaiki. Satu hal yang menjadi pertanyaan: apakah kita ini sudah berintegritas? Apakah sosok guru berintegritas itu masih ada?
Kasus korupsi di dunia pendidikan begitu banyak. Mulai penerimaan peserta didik baru, penerimaan dan pengelolaan Kartu Indonesia Pintar, pengelolaan keuangan kampus, gratifikasi, dan lain-lain.
Dalam penerimaan siswa baru, banyak oknum bermain. Sistem PPDB sendiri sudah bagus, tapi oknum masih menyeleweng baik di dalam maupun luar sekolah. Sementara itu, dalam pengurusan KIP, ada oknum menagih atau memungut uang kepada siswa. Ini lantaran dia telah membantu proses KIP.
Pahami korupsi
Kita sering bicara korupsi, barangkali ada beberapa hal yang belum kita sadari atau pahami. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 jo UU Nomor 20 tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, terdapat tujuh jenis tipikor, antara lain suap-menyuap, kerugian keuangan negara, perbuatan curang, benturan kepentingan dalam pengadaan, penggelapan dalam jabatan, pemerasan, dan gratifikasi.
Perbuatan korupsi di Indonesia, setidaknya, memiliki beberapa ciri, yaitu (1) dilakukan oleh lebih dari satu orang atau berjamaah, (2) pelaku merahasiakan motif atau keuntungan baik individu maupu kelompok, (3) berhubungan dengan kekuasaan atau kewenangan tertentu. Ini bisa menyangkut aparat yang bisa disogok, dan (4) perilaku korupsi yang dilakukan berlindung di balik pembenaran hukum, serta lainnya.
Satu hal yang perlu diperhatikan dan tak kalah berbahayanya, yaitu gratifikasi. Ini sering kali dianggap sepele karena kecil, padahal sangat merusak.
Karena gratifikasi itu menumbuhkan mental pengemis dan utang budi.
Di lapangan ini sering terjadi. Tentunya banyak sekali bentuk gratifikasi, baik berupa uang, barang, pinjaman tanpa bunga, pengobatan gratis, ada komisi, perjalanan gratis, dan lain-lain.
Tumbuhkan budaya integritas
Oleh karenanya, penting bagi kita semua untuk menumbuhkan diri menjadi pribadi yang berintegritas. Integritas adalah fondasi diri untuk mencegah dari perbuatan korupsi.
Setidaknya ada empat hal untuk menumbuhkan budaya antikorupsi, pertama, semangat perlawanan itu harus ada. Mari bersama-sama mengendalikan diri, menghindarkan diri serta mengajak orang lain untuk tidak korupsi.
Kedua, membangun kesadaran bahaya korupsi. Kita sadar dulu bahwa kita itu adalah guru—digugu dan ditiru (dipercayai dan diteladani). Kita sebagai guru ini tentunya merujuk pada filsafat pendidika dari Bapak Pendidikan Nasional Ki Hajar Dewantara: Ing ngarso sung tulodo, ing madya mangun karso, tut wuri handayani.
Sebagai guru penggerak, misalnya, mari kita menuntun perkembangan anak-anak, iswa-siswa kita, sesuai dengan kodrat zaman. Hari ini zamannya internet, ya. Jangan melarang anak-anak untuk membawa HP. Boleh membawa HP, tapi sesuai peruntukannya—untuk pembelajaran saja.
Selanjutnya, ketiga, kita membangun sikap antikorupsi. Minimal, kita menjadi teladan. Kita menerapkan sembilan nilai integritas. Bukan hanya diucapkan saja, tapi harus diaktualisasikan dalam perilaku kita. Jadi, nilai-nilai integritas ini perlu kita terapkan, kita aktualisasikan—inilah poin yang keempat.
Walau lingkungan kita mungkin sudah “tercemar”, lebih baik kita sadar dulu, lalu pelan-pelan menyadarkan orang lain di lingkungan sekolah maupun di luar sekolah, dengan cara baik-baik. Insyaallah, nanti akan ada yang mengikuti.
Kita belajar dari mereka yang berintegritas. Contohnya, Mujenih, petugas kebersihan KRL yang mengembalikan uang Rp500 juta. Ini luar biasa. Jarang sekali ditemukan orang seperti ini. Kita belajar dari sosok ini. Walau mereka terlihat sederhana, integritas mereka luar biasa.
Maka, kita harus selalu tanamkan sembilan nilai integritas—Jumat Bersepeda KK (jujur, mandiri, tanggung jawab, berani, sederhana, peduli, disiplin, adil, dan kerja keras). Kita refleksikan, apakah sembilan nilai integritas ini sudah kita jalankan?
Mari kita terapkan nilai-nilai itu dengan tiga M yaitu mulai dari hal sederhana, mulai dari diri kita, dan mulai dari sekarang. Jangan menunggu nanti. Selagi Allah subhanahu wata’ala masih memberi umur, lakukan yang terbaik sekarang juga.